Mungkin bisa dibilang ini adalah pengalaman pertama saya sebagai orangtua dalam menangani masalah pencernaan pada anak, yaitu muntaber. Sebelum-sebelumnya sih hanya diare. Kali ini lebih kompleks yaitu muntaber 😊
Moms ada yang anaknya pernah kena muntaber juga? 😊 Mungkin cerita saya di bawah ini bisa tercerahkan ya.
Jadi hari Minggu 7 September 2018 kemarin, saya dan suami berinsiatif untuk keluar sejenak dari rutinitas dan memilih untuk staycation diluar Jakarta. Rencana mau 1 hari tapi ternyata malah nambah jadi 2 hari full day. Tadinya mau sekalian ngevlog, tapi lagi-lagi memory card gak kebawa, jadinya kami bener-bener nikmatin banget staycation.
Moms ada yang anaknya pernah kena muntaber juga? 😊 Mungkin cerita saya di bawah ini bisa tercerahkan ya.
Jadi hari Minggu 7 September 2018 kemarin, saya dan suami berinsiatif untuk keluar sejenak dari rutinitas dan memilih untuk staycation diluar Jakarta. Rencana mau 1 hari tapi ternyata malah nambah jadi 2 hari full day. Tadinya mau sekalian ngevlog, tapi lagi-lagi memory card gak kebawa, jadinya kami bener-bener nikmatin banget staycation.
Tiba di Bekasi itu hari Selasa malam, kami langsung makan malam diluar rumah. Kondisinya saat itu pukul 6 sore. Saat kami makan, Narendnya gak ikutan makan. Emang sih sebelumnya dia sempat tidur di mobil, karena siangnya dia gak tidur, jadi mungkin masih ngantuk dan belum ada niat untuk makan. Okelah pikir kami. Kami pikir Narend mungkin mau makan nanti sekitar jam 8 malam.
Sesampai di rumah, Narend terlihat lemas, dia bilang maunya tidur aja. Oh okee pikir saya, mungkin tadi tidur di mobilnya kurang puas. Setelah dimandikan, ternyata dia gak mau tidur juga. Tapi dia masih terlihat agak lemas, gak seperti biasanya. Saya tawari makan, dia tetap tidak mau. Padahal terakhir kali kami makan siang itu sekitar jam 2 siang. Harusnya jam 8 malam ini dia sudah merasa lapar.
Hmm, okelah pikir saya, kalau memang dia tidak mau makan, yasudah, saya tidak akan paksakan. Mungkin dia memang tidak nafsu makan. Jadi saya memberinya susu saja (supaya badannya tetap hangat dan ususnya tidak kosong banget).
Narend tidur jam setengah 12 malam. Dan bangun keesokan harinya bangun jam 6 pagi (biasanya bangun agak siang sekitar jam 7an. Itupun harus dibangunin banget-banget). Setelah dia bangun, saya lihat Narend kok agak lemas ya? Agak gak bersemangat gitu. Karena dia harus sekolah masuk jam 9.30, dan daddynya Narend harus berangkat kerja jam 8 pagi, Narend tetap mandi pagi.
Saat waktunya makan pagi, Narend tidak terlihat lapar, padahal semalam dia tidak makan apa-apa. Hmm, harusnya pagi ini dia terlihat lapar sekali dong (pikir saya dalam hati). Tapi ternyata dia tetap tidak mau makan. Saya tawari ini itu tetap tidak mau. Biskuit kesukaan dia juga tetap tidak mau.
Sampailah jam 9.15, waktunya berangkat ke sekolah. Saya lihat matanya berair dan wajahnya memerah ya? Narend seperti menahan sesuatu. Tapi saat saya tanya dia gak bilang ngerasain apa. Waduh, saya bingung deh? Dan yang paling jelas terlihat adalah Narend terlihat lemas sekali, seperti gak ada tenaga (saya pikir ah itu kan karena Narend gak mau makan aja, makanya lemas?) Ditambah lagi dia demam! Saya tanya ke Narend, apakah dia mau masuk sekolah atau tidak, dia bilang mau. Tapi dengan wajah yang lemas begitu.
Saya agak khawatir juga kalau saya berikan ijin dia ke sekolah, kalau dia tiba-tiba pingsan gimana? Akhirnya saya WA gurunya bahwa Narend ijin tidak masuk karena dia demam.
Omanya Narend melihat Narend seperti itu, langsung berasumsi bahwa Narend kecapean, jadinya gak mau makan dan jadinya demam? Saya berdebat bahwa Narend gak kecapean, gak berenang juga! Saya berani berdebat karena 2 hari kami diluar kota juga gak ngapa-ngapain. Cuma nonton, main dan tiduran di kamar hotel aja. Gak mungkin Narend kecapean.
Sampai siangnya, Narend tetap tidak mau makan. Sesendok nasi aja susahnya minta ampun. Saya tawari makanan kesukaannya juga tetap tidak mau. Disini saya mulai khawatir plus curiga. Demamnya makin tinggi. Perjam saya pantau demamnya. Awalnya 38,2. Saya kasih minum air putih dengan intensitas sering.
Lalu 1 jam kemudian saya kasih makan lagi, dia mau makan. Tapi apa yang terjadi? Baru 1 suapan nasi aja dia langsung MUNTAH! 😖 Untungnya muntah bukan di kasur. Kalau di kamar, malah tambah ribet dehh. Mana saya gak ada ART, ganti spreinya gimana, pikir saya dalam hati.
Lalu muntahnya Narend itu air semua. Yah wajar sih pikir saya, karena Narend kan gak ada asupan sama sekali? Saya pikir setelah bersihkan muntahnya, saya kembali suapin Narend. Dan Narend mau makan. Tapi berhasil 2 suapan saja. Kemudian saya stop. Saya takut muntah lagi. Lalu saya berikan obat penurun panas TEMPRA.
(Baca : 5 Hal Yang Kamu Harus Ketahui Sebelum Liburan)
(Baca : 5 Hal Yang Kamu Harus Ketahui Sebelum Liburan)
Finally ke dokter juga!
Setelah 1 jam, saya pantau kembali panasnya, agak turun menjadi 37,8. Tapi tetap aja tinggi. Lalu suami berinisiatif membawanya ke dokter. Awalnya saya keukeuh sama suami, buat apa dibawa ke dokter, kan panasnya baru 1 hari? Kita bisa kok pakai Tempra kan? Tapi suami saya keukeuh, tetep harus dibawa ke dokter, karena ini demamnya turun naik, dan Narend gak mau makan sama sekali.
Okelah, saya gak mau jadi ibu yang keukeuh nurutin ego sendiri cuma karena gak mau dicap ibu lemah. Akhirnya kami sepakat ke dsa Narend yang seperti biasa.
Setelah dicek, katanya Narend kemungkinan terkena Muntaber. "Perutnya rame bener bu!" 😁 alias banyak anginnya. Wah kalau kayak gini, saya curiga, jangan-jangan kemarin pas Narend muntah, perutnya panas. Tapi dia gak bisa bilang 😢
Menurut analisa dokter, saat ini memang lagi mewabah penyakit muntaber. Hampir seluruh pasien dsa nya Narend hari itu semuanya terkena muntaber 😁 ya gejalanya kurang lebih sama, salah satunya demam. (Wah pantesan tadi di sekolah temen-temen Narend serentak pada ijin gak masuk karena muntah-muntah dan diare).
Finally setelah selesai control, karena Narend masih panas, saya disuruh ke suster bagian timbang badan untuk minta obat penurun panas disana. Karena panasnya Narend masih di kisaran 38 derajat. Saya kurang tau itu obatnya apa, yang pasti bukan Tempra.
Sesampai di rumah, saya langsung berikan obat yang diresepkan oleh dokter. Saat itu Narend kondisinya belum makan malam. Tapi kalau saya pikir, kalau perutnya lagi gak beres, boro-boro kita mau makan kan? Untunglah obat yang diresepkan tadi boleh dikonsumsi tanpa harus makan dulu. Ohya, Narend juga diresepkan obat anti mual. Jadi kalau makan apapun kemungkinan muntah sekitar 5% aja.
Lalu saya biarkan dia untuk beristirahat sampai pagi, sambil saya pantau demamnya.
Keesokan harinya Narend mau makan. Dsa Narend tidak menyarankan untuk bubur, sebaiknya nasi putih saja plus lauk pauk. Tapi lauknya yang simple dan Narend pasti mau aja, seperti nasi putih + telor, dsb.
Okelah, saya gak mau jadi ibu yang keukeuh nurutin ego sendiri cuma karena gak mau dicap ibu lemah. Akhirnya kami sepakat ke dsa Narend yang seperti biasa.
Setelah dicek, katanya Narend kemungkinan terkena Muntaber. "Perutnya rame bener bu!" 😁 alias banyak anginnya. Wah kalau kayak gini, saya curiga, jangan-jangan kemarin pas Narend muntah, perutnya panas. Tapi dia gak bisa bilang 😢
Menurut analisa dokter, saat ini memang lagi mewabah penyakit muntaber. Hampir seluruh pasien dsa nya Narend hari itu semuanya terkena muntaber 😁 ya gejalanya kurang lebih sama, salah satunya demam. (Wah pantesan tadi di sekolah temen-temen Narend serentak pada ijin gak masuk karena muntah-muntah dan diare).
Finally setelah selesai control, karena Narend masih panas, saya disuruh ke suster bagian timbang badan untuk minta obat penurun panas disana. Karena panasnya Narend masih di kisaran 38 derajat. Saya kurang tau itu obatnya apa, yang pasti bukan Tempra.
Sesampai di rumah, saya langsung berikan obat yang diresepkan oleh dokter. Saat itu Narend kondisinya belum makan malam. Tapi kalau saya pikir, kalau perutnya lagi gak beres, boro-boro kita mau makan kan? Untunglah obat yang diresepkan tadi boleh dikonsumsi tanpa harus makan dulu. Ohya, Narend juga diresepkan obat anti mual. Jadi kalau makan apapun kemungkinan muntah sekitar 5% aja.
Lalu saya biarkan dia untuk beristirahat sampai pagi, sambil saya pantau demamnya.
Keesokan harinya Narend mau makan. Dsa Narend tidak menyarankan untuk bubur, sebaiknya nasi putih saja plus lauk pauk. Tapi lauknya yang simple dan Narend pasti mau aja, seperti nasi putih + telor, dsb.
Dalam 2 hari pup Narend masih cair, saya terus berikan obat pereda diarenya. Perlahan-lahan akhirnya pupnya bisa normal kembali di hari ke-3. Demamnya mereda di hari kedua.
Alhamdulillah makannya sudah kembali normal, pupnya sudah normal, lusa Narend sudah bisa beraktivitas normal lagi yaitu bersekolah.
Setelah saya browsing-browsing, penyakit muntaber itu adalah peradangan di bagian saluran pencernaan. Khususnya pada lambung, usu besar, dan usus kecil. Virus dan bakter gastroesentris adalah infeksi yang berhububungan dengan gejala diare.
Tanda-tanda yang paling terlihat adalah :
1. Perut kembung
2. Badan demam naik - turun lanjut menggigil
3. Sakit kepala
4. Kecapekan
5. Kram perut, perut mual sampai muntah
Dan biasanya anak-anak jarang sekali jujur dengan apa yang dialaminya. Tapi Narend sempat bilang, perutmya 'gak enak'. So, saya beranggapan, ah ini mungkin dia cuma mau pup biasa. Tapi setelah saya lihat pupnya cair dan diare, disitulah saya mulai panik, bahwa sistem pencernaannya tidak sehat.
Kalau anak sakit, pasti deh nafsu makannya langsyng berubah drastis. Gak cuma makan, tapi juga ogah minum. Nah, inilah yabg daya khawatirkan kondisi Narend, dia gak minum, saya khawatir dia dehidrasi. Tapi untunglah tidak terjadi. Karena kalau dehidrasi malah tanbah ribet. Diinfus dan segala macamnya. Saya gak tega nanti lihatnya.
Finally, supaya dia mau minum, saya paksa minum air putih per 1 jam sekali. Tapi setelah saya ke dokter, sering minum justru bikin perutnya kembung. Salah satu solusinya untuk pertolongan pertama adalah, hentikan dulu infeksi bakteri di lambungnya, supaya diarenya berhenti.
Nah, itulah tentang bahayanya muntaber pada anak. Dan muntaber ini ternyata menular lho moms. Karena muntaber berhubungan dengan infeksi bakteri.
Yang terpenting kalau anak moms ngalamin seperti ini, stay calm, jangan panik, karena kalau panik gak bisa berpikir jernih. Lakukan penanganan utama dulu. Pantau demamnya jangan sampai mencapai demam tinggi. Kalau tidak reda juga dalam 2 hari, segera ke dokter, guna untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Semoga anak kita sehat-sehat selalu ya.
Makasih yang udah berkunjung ya moms 😊✌
Alhamdulillah makannya sudah kembali normal, pupnya sudah normal, lusa Narend sudah bisa beraktivitas normal lagi yaitu bersekolah.
Setelah saya browsing-browsing, penyakit muntaber itu adalah peradangan di bagian saluran pencernaan. Khususnya pada lambung, usu besar, dan usus kecil. Virus dan bakter gastroesentris adalah infeksi yang berhububungan dengan gejala diare.
Tanda-tanda yang paling terlihat adalah :
1. Perut kembung
2. Badan demam naik - turun lanjut menggigil
3. Sakit kepala
4. Kecapekan
5. Kram perut, perut mual sampai muntah
Dan biasanya anak-anak jarang sekali jujur dengan apa yang dialaminya. Tapi Narend sempat bilang, perutmya 'gak enak'. So, saya beranggapan, ah ini mungkin dia cuma mau pup biasa. Tapi setelah saya lihat pupnya cair dan diare, disitulah saya mulai panik, bahwa sistem pencernaannya tidak sehat.
Kalau anak sakit, pasti deh nafsu makannya langsyng berubah drastis. Gak cuma makan, tapi juga ogah minum. Nah, inilah yabg daya khawatirkan kondisi Narend, dia gak minum, saya khawatir dia dehidrasi. Tapi untunglah tidak terjadi. Karena kalau dehidrasi malah tanbah ribet. Diinfus dan segala macamnya. Saya gak tega nanti lihatnya.
Finally, supaya dia mau minum, saya paksa minum air putih per 1 jam sekali. Tapi setelah saya ke dokter, sering minum justru bikin perutnya kembung. Salah satu solusinya untuk pertolongan pertama adalah, hentikan dulu infeksi bakteri di lambungnya, supaya diarenya berhenti.
Nah, itulah tentang bahayanya muntaber pada anak. Dan muntaber ini ternyata menular lho moms. Karena muntaber berhubungan dengan infeksi bakteri.
Yang terpenting kalau anak moms ngalamin seperti ini, stay calm, jangan panik, karena kalau panik gak bisa berpikir jernih. Lakukan penanganan utama dulu. Pantau demamnya jangan sampai mencapai demam tinggi. Kalau tidak reda juga dalam 2 hari, segera ke dokter, guna untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Semoga anak kita sehat-sehat selalu ya.
Makasih yang udah berkunjung ya moms 😊✌
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete