Anak-anak adalah peniru ulung, segala yang dilakukannya adalah hasil meniru perilaku orang terdekat.
_“If you can control your behavior when everything around you is out of control, you can model for your children a valuable lesson in patience and understanding, and snap an opportunity to shape up character.”_ – Jane Clayson Johnson
Hi Moms! Sebagai orang tua apabila dapat mengendalikan perilaku ketika segala sesuatunya di luar kendali diri maka akan memberikan pembelajaran berharga pada anak dalam hal kesabaran dan memahami kondisi, dan hal tersebut merupakan momentum yang baik bagi orang tua dalam mengambil kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Namun, tidak jarang sebagai orang tua ada banyak sekali tantangan dalam pengasuhan anak ya, moms. Salah satu tantangan yang cukup berat adalah mengelola emosi kita. Memastikan bahwa emosi dapat dikendalikan dengan baik tanpa berdampak buruk pada sekitar, terutama menjadikan anak sebagai pelampiasan peraasaan-perasaan emosi negatif kita.
Terlebih lagi di masa pandemi moms, saya menyadari saya sering sekali mengalami stres, karena suami kerja di rumah, anak PJJ, saya kerjaan di rumah juga banyak, numpuk gak selesai-selesai, anak gak bisa dibilangin, gak fokus apanyang menjadi perkataan saya, akibatnya? Ya saya jadi sering ngomel-ngomel deh. Bahkan omelan saya sering banget kedengeran ke tetangga. Untungnya saya gak tinggal di apartemen, kalau iya, wah saya bisa-bisa sering dikomplen deh punya tetangga yang comel 😖
Prinsip saya, bodo amatanlah, yang penting anak saya bisa hidup disiplin. Karena saya marah juga gak asal marah. Pastinya pertama kali saya bilangin dengan nada lembut. Gak didengarkan, anaknya fokus ke TV, gadget, mainan, dsb. Sekali, dua kali, sampai 3 kali gak didengarkan, kan saya jadi kesel? Akhirnya saya jadi keluarkan omelan saya dengan nada sopran deh.
Tapi ternyata marah-marah seperti ini hanya melampiaskan emosi yang gak jelas, tanpa arah, gak ada manfaatnya apa-apa. Sayanya jadi makin darah tinggi, anaknya bisa jadi pembangkang saat ia dewasa, dan tujuan utama saya marah-marah jadi tidak tercapai. Terlebih lagi Narend itu tipe yang susaaaaah banget dibilangin. Bilang dengan nada ngomel, ancaman, baru deh dia denger apa kata orangtuanya 😓 hal simple aja sih, makan. Disuruh makan sendiri aja lamanyaaa minta ampun. Masa harus disuapin udah kelas 1 SD?! 1 jam! KZL!
Nah, kali ini saya ingin share ilmu yang saya dapatkan mengikuti kulwap bersama Haibunda yang diadakan beberapa bulan lalu, temanya adalah bagaimana caranya kita bisa mengendalikan emosi kita sebagai orangtua yang motabene seorang ibu yang merangkap pekerjaan di rumah menjadi seorang ibu, istri juga sekaligus menjadi seorang guru.
Nara sumbernya adalah Hanifah, M. PSi, seorang Psikolog Klinis Dewasa. Lebih sering dipanggil Nci.
Apa itu Emosi?
Emosi sendiri adalah luapan ekspresi akan perasaan yang dialami manusia.
Emosi tidak selamanya buruk. Ada dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi bernada positif seperti contohnya adalah perasaan bahagia, bersyukur, dan bangga. Ada juga emosi yang bernada negatif seperti perasaan marah, benci, dan kecewa. Jadi, emosi tidak selalu dikaitkan dengan hal yang buruk loh, moms. Justru dengan merasakan berbagai emosi kita bisa memahami bahwa ada begitu banyak warna beragam dalam mengekspresikan perasaan kita.
Tantangan yang mungkin sering ditemui oleh moms adalah bagaimana cara untuk mengelola emosi –terutama emosi negatif—ketika memiliki banyak tuntutan atau tekanan, terutama peran sebagai orang tua, baik dalam mengasuh anak, melakukan pekerjaan rumah tangga, mengatur waktu sebagai istri, ditambah apabila moms juga menjadi working moms. Pasti sangat menantang. Tidak jarang kita sulit mengelola emosi negatif kita, apalagi jika merasa lelah dan stres. Reaksi emosi seperti marah, kecewa, atau jenuh sering ditemui. Menjadi orang tua tentu bukanlah hal yang mudah.
Belajar Mengendalikan Emosi Negatif
Tapi tenang, moms. Merasakan emosi-emosi tersebut adalah suatu hal yang normal dan wajar sebagai manusia. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika emosi tersebut sulit dikendalikan.
Misalnya, kita jadi mudah marah jika merasa lelah, dan tidak jarang marah tersebut dilampiaskan pada anak, apalagi jika anak sedang rewel.
Atau ketika anak tidak menurut perkataan kita, kadang reaksi marah kita menjadi berlebihan pada anak dan sulit dikendalikan, seperti membentak, mencubit, melotot, atau bicara dengan kata-kata kasar. Ekspresi marah yang tidak terkendali seperti itulah yang perlu dihindari. Mengapa? Karena anak mempelajari tindakan dan perilaku dengan mencontoh, terutama mencontoh dari orang tuanya sebagai orang terdekat mereka. Anak dapat mempelajari bagaimana cara bereaksi terhadap suatu situasi dengan melihat reaksi dari orang tuanya. Secara tidak sadar dengan marah yang tidak terkendali maka akan mengajarkan anak bagaimana mereka merespon sesuatu dan bagaimana cara marah yang selama ini mereka kenali dari reaksi orang tuanya.
Reaksi emosi yang berlebihan dan tidak terkendali juga akan memberikan kesan tidak nyaman bagi anak. Orang tua yang seharusnya menjadi sumber rasa aman anak, yang memberikan kasih sayang, juga sebagai orang terdekat anak. Diperlakukan secara tidak nyaman oleh orang tua yang dianggap berharga bagi anak _*(significant others)*_ *akan terasa jauh lebih menyakitkan* dibandingkan dengan tindakan dari orang yang tidak dikenal atau yang tidak memiliki hubungan dekat.
Karenanya sangat penting bagi kita sebagai orang tua untuk dapat mengelola emosi kita.
Lalu bagaimana caranya?
Berikut adalah tips yang bisa dicoba untuk lakukan untuk mengelola emosi saat mengasuh anak :
1. Kenali apa emosi atau perasaan yang moms miliki.
Sangat penting bagi moms untuk memahami apa emosi yang dirasakan, apakah sedang marah, kecewa, kesal, sedih, atau gabungan dari berbagai emosi? Dengan jujur dan terbuka terhadap perasaan moms akan lebih mudah untuk melakukan tindakan selanjutnya dalam mengelola emosi.
2. Melakukan refleksi diri
Cobalah untuk mengambil jeda dan lakukan refleksi diri terkait emosi-emosi negatif yang biasa dialami, seperti :
- Pada situasi / hal apa saja moms biasanya merasakan emosi negatif (marah, kesal, sedih, kecewa, dll)?
- Sikap apa yang dipikirkan dalam situasi tersebut?
- Apa emosi yang dirasakan?
- Apa reaksi atau tindakan yang dapat dilakukan pada situasi tersebut?
Misalnya :
Contoh situasi: anak memberantakkan mainan di ruangan yang sudah dibereskan oleh moms.
Yang dipikirkan: Ingin membentak anak, anak kok tidak mau nurut tapi mungkin anak belum paham tentang apa pentingnya membereskan mainan. Ingin memukul anak tapi kelak akan menjadi trauma bagi anak dan anak akan takut pada moms.
Yang dirasakan:
Merasa kesal karena pekerjaan bertambah.
Merasa sedih karena sangat lelah dan anak tidak memahami.
Merasa khawatir waktu untuk melakukan pekerjaan rumah lainnya tidak selesai karena harus kembali membereskan ruangan.
Yang dilakukan:
Mengajak anak untuk membantu membereskan mainannya, dengan menyusunnya, memberikan pengertian bahwa jika sudah bermain harus dibiasakan dirapikan sehingga tidak mengotori ruangan, dengan demikian anak bisa mengerti apa hal yang harus dilakukan.
3. Mewaspadai kondisi pemicu emosi negatif
Setelah moms dapat mengidentifikasi apa saja situasi-situasi yang mungkin rentan membuat emosi atau perasaan negatif, moms dapat *lebih mewaspadai situasi-situasi yang berpotensi menjadi pemicu perasaan emosi negatif tersebut.
Misalnya:
- Saya mudah marah ketika merasa lelah
- Saya mudah kesal ketika tidak ada yang membantu saya melakukan pekerjaan rumah
- Saya mudah kecewa ketika anak tidak bertindak sesuai yang saya harapkan, padahal hal tersebut sebenarnya baik untuk anak.
Dengan lebih menyadari dan mewaspadai situasi-situasi tersebut, maka moms dapat lebih mengelola emosi dan memberikan alarm diri apabila akan ada dalam situasi tersebut. "Oh.. saya sekarang sedang capek sekali, saya rentan marah dalam kondisi ini, jadi saya perlu berhati-hati..”
4. Mencari aktivitas yang dapat menyalurkan emosi negatif
Emosi negatif seperti marah, kecewa, kesal, dan sedih sangat wajar dan manusiawi untuk dirasakan. Karenanya *emosi tersebut ada bukan lah untuk dipendam dan ditumpuk seorang diri.* Emosi negatif tersebut *perlu disalurkan dengan aktivitas yang tepat* agar tidak menjadi bom waktu karena menumpuk.
Carilah kegiatan yang bisa menyalurkan emosi negatif moms, seperti misalnya *melakukann hobi, mendengarkan musik, relaksasi nafas, meditasi, berolahraga, atau mencari dukungan sosial dari orang terdekat* yang bisa dipercaya seperti suami atau keluarga.
5. Luangkan waktu untuk ‘me time’ atau quality time dan beristirahat
Salah satu hal yang membuat moms mudah tersulut emosi negatif biasanya adalah ketika sedang merasa lelah atau kurang istirahat.
Tapi kadang sulit ya mencari waktu istirahat penuh sedangkan pekerjaan rumah begitu banyak selama seharian? Istirahat yang dimaksud tidak hanya istirahat fisik dengan tidur atau bersantai, bisa juga menenangkan pikiran dan kekhawatiran moms akan tekanan atau stres sebagai orang tua.
Jika sempat gunakanlah waktu singkat untuk lakukan ‘me time’, komunikasikan juga bersama suami atau pasangan terkait ini, dukungan dari suami ternyata bisa sangat membantu loh moms 😊
Membaca buku (ebook maupun fisik) adalah salah satu me time ku
6. Sampaikan pada anak dengan bahasa yang mudah diterima
Kadang anak tidak mengerti mengapa moms merasa marah, membentak, atau tidak sengaja berperilaku kasar. Tindakan-tindakan itu perlu dihindari. Anak bisa saja tidak mengerti apa-apa terkait marah yang moms miliki.
Marah yang baik adalah marah yang dapat dikendalikan dan memiliki alasan. Ketika marah, hindarilah untuk langsung bereaksi apalagi jika masih sangat emosional. Ambilah jeda dan waktu. Jika ada dalam posisi berdiri, cobalah untuk mengubah posisi moms menjadi duduk atau jongkok sehingga bisa memfokuskan pada anak.
Lalu sampaikan pada anak hal yang membuat moms kecewa atau marah dengan intonasi yang sebiasa mungkin dan volume suara yang diturunkan.
Baca Juga : 5 Tips Memberikan Pujian Pada Anak
Sampaikan alasan secara jelas mengapa mommy merasa marah dan apa harapan. tindakan yang sebaiknya dapat dilakukan oleh anak.
Misalnya:
“Mommy tadi marah karena merasa lelah dan capek, juga karena kamu memberantakkan mainanmu. Coba kamu bereskan mainanmu agar bisa kelihatan rapi dan tidak mengotori kamar jadi supaya lebih enak dilihat.”
Untuk bisa mempraktekkan dan membiasakan cara-cara mengelola emosi memang kadang tidak mudah. Perlu waktu dan proses konsisten agar dapat melatih moms untuk bisa melakukannya dengan lebih mahir. Hal ini dilakukan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baru yang dapat membantu moms untuk lebih dapat mengelola emosi.
Hal yang penting adalah tidak menyerah apabila mengalami hambatan karena itu bagian dari proses.
Mungkin kita tidak sepenuhnya menjadi orang tua yang sempurna bagi anak-anak, tapi kita bisa berusaha dan berupaya untuk bisa menjadi orang tua versi terbaik dari diri kita untuk anak.
Kesimpulan
Marah itu ternyata gak selamanya negatif ya moms. Intinya kita harus bisa mengendalikan diri kita, jangan kita dikendalikan emosi negatif. Tahu porsi diri, kala kita sedang capek, komunikasikan ke anak, untuk minta pengertian, bahwa mommy sedang capek, tolong kerjasamanya meringankan pekerjaan mommy dengan tidak bikin mommy kesal.
Prosesnya memang tidak mudah, tapi kalau diniatkan insyallah bisa sih.
Moms punya cerita seputar bagaimana supaya anak tidak jadi media pelampiasan emosi orangtuanya? Boleh lho share di komentar ya.
Semoga apa yang saya sharing disini bisa bermanfaat ya moms, tetaplah jadi orangtua yang waras, yang selalu memberikan kasih sayang pada anak-anaknya.
Semangat selalu ya, moms 😊
Kalau lagi cape rentan banget memang emosi ya, apalagi banyak kerjaan ini itu. Sama-sama belajar mengelola emosi untuk kebagikan keluarga juga ya
ReplyDeleteIya bener. Paling rentan marah2 itu krn kita lagi capek.
DeleteMakanya sebisa mungkin kita harus kenali emosi kita itu gimana dan bagaimana cara mengaturnya.
Aku kurang tidur masih begadang bayi. Akhirnya ya daripada marah2 ga jelas mending minta waktu sama suami buat tidur di siang hari smntra dia jaga anak2
ReplyDeleteIya, tidur di kala ada waktu senggang, sementara anak2 dititipkan ke orgtua atau suami, itu penting banget mba. Untuk menyelaraskan jiwa dan pikiran untuk tetap waras :)
DeleteDuh makjleb nih saya.. Benar yaa mbak, emosi yang tidak dikelola dengan baik bisa jadi pemicu untuk melampiaskan kemarahan pada siapa saja. Terutama (yang paling sering kena) yaa anak :(
ReplyDeleteBetul mba. Penting banget semua orgtua belajar anger management. Belajar bagaimana mengontrol emosinya dengan baik.
DeleteHuhu jadi ibu memang kudu belajar terus mengelola emosi ya Mak. awalnya jujur sama emosi sendiri terus belajar mengungkapkannya dengan tepat. Kalo gak hati2 nanti dampaknya negatif ke anak.
ReplyDeleteMarah memang gak apa-apa. Asalkan tau cara mengelolanya. Marah kan juga bagian dari emosi. Sama halnya dengan senang, sedih, dll
ReplyDeleteIya betul Makchi. Marah harus yang under control ya, not loose control.
DeleteIntinya kita harus bisa mengendalikan diri kita, jangan kita dikendalikan emosi negatif.
ReplyDeleteSepakaaatt nih Mba
Semogaaa kita bisa jadi ortu yg lebih baik yaa
Amiin, karena perjalanan kita masih panjang ya sebagai orgtua :)
DeleteJadi inget deh, aku pernah menyesal banget ketika abis ngomelin anak huhu dan itu nyesel banget kenapa bisa terjadi.. langsung sadar diri bahwa yang aku lakukan itu jahat banget, karena ketika kita emosi kepada anak, bahkan berteriak kepada anak maka bisa menurunkan kecerdasan anak juga yaa.. bismillah semoga bisa lebih menahan emosi kepada anak
ReplyDeleteselama pandemi bnyk emak2 stress ngeliat kelakuan anaknya yang ogah2an belajar nah tips ini penting bgt ya mbak biar mamak2 kelola emosinya
ReplyDeleteIyaaa. Selama pandemi semua emak2 berubah menjadi 'singa' untuk anak2nya. Ya no wonder banyak yg menjadi setres ya. Marah sih boleh, tapi sebisa mungkin marah yang terkontrol ya, jgn yg terlalu bablas juga.
DeleteMasih PR banget aku nih mengelola emosi huhuhu. Jadi nggak heran kalau anak-anak juga jadi ikut gampang marah. Tapi nggak boleh putus asa untuk coba terus ya. Makasih sharingnya, Mbak Oline.
ReplyDeletePR sejuta emak2 kayaknya sih :)
DeleteIya, akupun gak pengen anak2ku berubah jadi anak2 yang mudah emosian dan gampang marah.
Sama2 :)
Aah...rasaya ingin sekali deket-deket sama mom yang positive vibes gini..
ReplyDeletekarena selama ini, banyak baca buku teori tentang menahan amarah, ujung-ujungnya...ada aja yang bikin mamak senewen.
Huuff~
Semoga senantiasa diberikan kesabaran yang melimpah oleh Allah dan ilmu yang seperti ini...bisa diterapkan sehari-hari.
Btw, ijin simpan nama perasaannya yaa, kak.
Ternyata....ada banyak sekali penamaan emosi itu yaa..
Peluuuk duluu :)
DeleteIyaa, semoga bermanfaat ya :)
Aku kalau marah tu skrg sih lebih bisa mengendalikan, beda dg dulu banget ketika anak2 masih kecil. paling kalo kesel banget aku diemin aja dulu. nanti kalu udah kalem baru jelasin kenapa kita marah
ReplyDeleteNah, posisi aku skrg seperti mba Wid dulu wkt anak2 masih kecil2, mungkin kalo udah pada agak gedean sedikit lebih melunak kali ya emosi kita yg tadinya meluap2.
DeleteHuhuhu, jadi inget dosaku ke anak-anak. Suka begini juga soalnya. Kalo lagi sedih, kecewa, marah, pasti aja bikin uring-uringan gak jelas. Gak kerasa jadinya bentak-bentak anak. Kudu banget deh aku belajar ngelola emosi :(
ReplyDeletePenting banget emang, jadi orangtua itu berat ya. Kudu banget bisa maintain emosi. karena anak itu kan mencontoh perbuatan orgtuanya.
DeleteAku kalau lagi riweuh yang selalu ngomel ama anak2. Ya makin kudu2 banyak beljar kontrol emosi ya emng ya :")
ReplyDeleteIya, samaan Cha. Setiap orgtua pasti gituh ngomel2 ke anak :)
DeleteNah, tinggal gimana caranya deh, jangan sampai ngomel ke anak tidak beralasan. Terkadang kalau dia gak bikin salah, kita hanya capek, dia cuma nanya ke kita, bisa aja kita jadi lempar kemarahan ke mereka :)
Duh jangan sampe ya.
Semoga kita menjadi orangtua yang penuh kasih sayang dan damai ya.
Mengelola emosi itu memang jadi PR bagi semua orang tua agar anak tidak menjadi media pelampiasan. Bagi saya sendiri, kalau lagi marah lebih baik melipir ke kamar mandi, sikat kamar mandi. Emosinya disalurkan untuk gosok kamar mandi saja hihihi
ReplyDeleteSumpah ini keren banget kalo marah bisa jadi energi positif, bersihin kamar mandi :)))
Deletewah, is good thema and every mom need information about that. manage emotion is not an easy thing. as mom we need earning every time
ReplyDeleteYesss, thats right!
DeletePenting banget nih agar orang tua bisa mengelola emosinya... Jangan sampai berpengaruh pada karakter anak...
ReplyDeleteIya betul, harus bisa mengelola emosi dgn baik.
Deletebanyak yang tidak sadar betapa pentingnya mengelola emosi dengan baik dan juga bijak supaya anak tidak menjadi korban yaa mbaaa
ReplyDeleteIyaaa betul. Krn korban terdekat saat kita emosi adalah anak ya. Kalau gak anak, ya suami :) apalagi sebagai ibu rumah tangga, rentan banget stress.
DeleteBiasanya kalau lagi banyak ngomel tuh justru sedang nggak marah lho aku tuuu.. Kalau sudah beneran marah malah diam. Karena paham betul jika sekali saja dilampiaskan, maka akibatnya bisa parah untuk anak. Ntar bicara dan ngasih tau anak setelah emosi itu mereda. Kalau pas lagi emosi berat ga bisa memang bicara baik-baik, itu yang harus kita pahami gimana caranya untuk meredakannya terlebih dahulu.
ReplyDeletePR banget emang mengelola emosi inii. Aku suka ngomel panjaang dan lebar sama anak padahal ga boleh ya malah pesannya ga merasuk dalam pikiran anak.
ReplyDeleteIya bener banget dan ini pengaruhnya ke psikis anak berbahaya. Aku pun masih terus belajar
ReplyDeleteSeneng banget baca artikelnya, karena langsung bisa bertanya ke diri sendiri juga, aku biasanya marah2 karena apa, pas capek pas ada kebutuhan yg ga terpenuhi. .. Menjaga kewarasan di era pandemi skrg ini bener2 jd prioritas juga, krn udah overwhelmed ama macem2 hal
ReplyDelete